#30HBC2015: Sepuluh Tahun Bersama Transjakarta

sumber: transjakarta.co.id
Hai Spanialishta!

Tahukah kamu bahwa 15 Januari merupakan hari jadi TransJakarta, lho! Dan tahun ini, merupakan tahun ke-16 TransJakarta hadir sebagai salah satu transportasi umum di Ibukota. Kamu termasuk penumpang setia TransJakarta kah?

Saya jadi abas (anak busway) alias penumpang setia TransJakarta itu sejak tahun 2010. Saat itu, saya duduk di bangku SMA. Kebetulan, SMA saya dilewati oleh salah satu koridor TransJakarta dan rumah saya pun dekat dengan halte TransJakarta. Masa SMA menjadi kali pertama saya pergi-pulang ke sekolah menggunakan transportasi umum. Sebelumnya, saya masih diantar-jemput.

Rasanya, hampir semua drama di dalam TransJakarta pernah saya alami. Mulai dari berlari-lari mengejar bus, desak-desakan, hingga teman yang hampir pingsan di dalam bus saking sesaknya udara di dalam bus. Dulu, belum ada aplikasi yang dapat memantau kedatangan bus TransJakarta secara real time. Dan dulu, armada TransJakarta di koridor menuju SMA saya ini juga masih sedikit. Jadi, sekalinya melihat ada bus mendekati halte, saya harus lari agar tidak ketinggalan dan harus menunggu lama lagi.
sumber: nasional.republika.co.id
Bus TransJakarta yang dulu berwarna abu-abu juga mudah rusak alat pendinginnya. Jadi, tidak jarang saya mendapati busnya terasa seperti sauna: penuh orang, sesak, dan hawa panas. Belum lagi, bus yang dulu sering mogok karena mesinnya mudah kepanasan. Saya pernah juga tuh harus pindah ke bus lain hanya karena bus yang saya tumpangi mogok. Pindahnya juga bukan di halte, tapi di jalan. Bayangkan saja, kita mesti melangkah dari bus yang ada di jalurnya ke bus di sampingnya yang dijaraki oleh separator!

Dulu mah TransJakarta payah banget bus-busnya. Hanya bagus di kordior-koridor pusat. Namun, semakin bertambahnya usia, PT TransJakarta pun berbenah. Dan saya ancungi jempol perubahannya! Sangat signifikan. Mulai dari jumlah armada di setiap koridor diperbanyak, bus abu-abu yang disulap jadi berwarna biru dengan alat pendingin yang sejuk, hingga pertambahan koridor-koridor dan rute-rute pengumpan dengan bus non koridor atau non BRT. Pertambahan ini yang kadang membuat saya terkesima sekaligus bingung, karena rutenya yang dulu cuma menuju satu tempat sekarang bisa bervariasi. Jadi, mesti berhati-hati agar tidak terbawa menjauhi tujuanmu.
sumber: indonesia.go.id
Meski hingga sekarang saya masih merasakan desek-desekan di dalam TransJakarta setiap jam pergi maupun pulang kantor. Apalagi bus dengan tujuan Harmoni, halte yang menjadi pusat pertemuan berbagai koridor yang ada di TransJakarta. Gilaaa, tiap pagi, saya harus sikut-sikutan dan ngotot-ngototan biar bisa masuk dan gak telat ke kantor. Saking penuh sesaknya, saya gak akan jatuh meski tidak berpegangan pada tiang di dalam bus. Hebat kan!

Oh ya, mulai pertengahan bulan Desember kemarin, TransJakarta mulai mendidik penumpang untuk lebih 'mandiri'. Petugas on board alias penjaga pintu TransJakarta yang dulu selalu menjaga agar bus tidak penuh sesak atau memastikan kursi prioritas diduduki oleh penumpang yang lebih berhak, itu sudah tidak ada lagi. Kini mereka hanya menjaga di setiap halte saja. Ini trobosan yang baik, sih. Semoga masyarakat Jakarta juga bisa manut dan saling menjaga serta menghargai penumpang meski tanpa petugas on board  dalamnya.

Jaya terus TransJakarta! Ditunggu terobosan baru lainnya.

Comments

Popular Posts