#30HBC2004: Belajar Bersyukur dan Menerima Diri Apa Adanya Melalui Film "Imperfect"

Tulisan di hari keempat ini saya mau merefleksikan film "Imperfect: Karier, Cinta, dan Timbangan" dalam kehidupan saya. Film garapan Ernest Prakasa ini ternyata diangkat dari novel berjudul sama karya istrinya, Meira Anastasia. Menurut saya, pesan yang ingin disampaikan oleh Ernest dan istirnya pas banget sih buat para perempuan. Sebuah film yang cocok untuk jadi bahan refleksi diri.
sumber: imdb
Secara keseluruhan, film ini bercerita tentang Rara yang lahir dengan rambut keriting, kulit gelap, dan bertubuh gemuk. Rara sering mendapat perlakuan body shaming oleh teman-teman Mamanya, teman-teman kantornya, bahkan Mamanya sendiri. Rara juga sering dibanding-bandingkan oleh adiknya, Lulu, yang memiliki kulit cerah, rambut lurus panjang, dan badan yang langsing. Selain bekerja sebagai staf riset marketing di salah satu brang kosmetik, Rara juga menjalankan pekerjaan sosial sebagai pengajar anak-anak di tempat penampungan sampah. Lewat pekerjaan sosial itu lah, Rara bertemu dengan pacarnya, Dika

Dilihat dari judulnya saja, sudah bisa ditebak secara kasar bagaimana alur ceritanya. Ya, ceritanya tentang bagaimana si Rara ini berjuang unuk mendapatkan tubuh ideal seperti tuntutan sosial--kulit putih bersinar, rambut lurus, tubuh langsing--karena pekerjaannya yang mengharuskannya berpenampilan menarik.

Rambut keriting punya pesonanya sendiri, kok!
Ini rambut saya saat kecil :D
Sejenak, saya seperti melihat cerminan diri saya dalam sosok Rara. Rambut saya sejak kecil seperti Rara, bahkan lebih mirip seperti Maria (salah satu penghuni kontrakan rumah Dika), keriting, megar, berantakan deh pokoknya. Saya ingat betul setiap ingin menyisir rambut pasti sisirnya selalu patah, saking kusutnya itu rambut, hahaha. Saya pun pernah seperti Rara, menerima ejekan karena rambut saya yang kribo. Kalau kata mama, dulu saya sempat merengek minta dilurusin aja rambutnya. Namun, yang selalu saya ingat, mama pernah berkata, "Kamu diciptakan Tuhan dengan rambut keriting. Nanti kalo dilurusin, Tuhan gak mengenali kamu."

Terkadang hingga sekarang saya masih ingin meluruskan rambut dengan cara blow permanent yang lagi trend, tetapi lagi-lagi dilarang mama karena rambut saya akan mudah rusak karena terpapar bahan kimia. Saya sedikit menyesal sih kenapa dulu saya terobsesi meluruskan rambut dengan berbagai cara alami, seperti rajin menggunting rambut dan menyisir rambut. Akibatnya, sekarang rambut saya nanggung; lurus nggak, keriting juga nggak, ngembang tetep iya. Tiap habis keramas, saya selalu meluruskan rambut dengan alat catokan. Eh tapi, karena panas dari alat catokan, rambut saya jadi kering, mudah rontok, dan ngembang. Serba salah jadinya. Sekarang, tiap ngeliat anak kecil berambut keriting, saya selalu berharap anak tersebut bisa mempertahankan keutuhan ikalnya karena ternyata rambut keriting itu punya pesonanya sendiri.

Perut buncit, biar aja! Emang mau rata kayak triplek?
sumber: imdb
Saya juga pernah mengeluhkan perut saya yang buncit, sama seperti Rara. Di salah satu adegan, Rara terlihat mengeluhkan lemak yang bertumpuk di perutnya. Ini saya banget sih. Badan saya mungkin tidak besar seperti Rara, tetapi perut saya buncit. Mommy belly, kalau kata internet. Setiap makan kenyang, saya selalu merasa perut saya melendung kayak balon mau pecah. Saya selalu mengeluh ke mama, "Duh, ma, perut aku buncit banget (sambil megangin perut)." Kalau mama udah bosen dengerinnya, ujung-ujungnya beliau marah sambil ngomong, "Emang mesti gimana sih perutnya? Rata kayak triplek?" Saat melihat adegan di film Imperfect ini, saya mulai sadar, buat apa ngeluhin lemak di perut atau angka timbangan yang lebih sering naik meskipun makannya dikit. Lagian kalau kata Rara, "Timbangan itu menunjukkan angka, bukan nilai."  Nilai seseorang itu ditentukan dari sikap dan perbuatan nyatanya, bukan sekedar fisik saja.

Olahraga itu biar sehat, bukan untuk kurus
sumber: kincir.com
Satu lagi yang mungkin sering disalahartikan oleh kita: konsep dan tujuan berolahraga. Di postingan sebelumnya, saya pernah bilang kalau salah satu resolusi 2020 saya adalah menciptakan work-life balance yaitu dengan menyempatkan diri berolahraga. Beberapa olahraga yang rutin saya lakukan adalah yoga dan zumba. Pernah ada seorang teman saya bertanya seperti ini, "Lo zumba di mana? Gue mau ikut dong, biar kurus." Nah, jika tujuanmu berolahraga juga seperti ini, coba deh diubah supaya memang berdampak positif ke diri sendiri. Berolahraga-lah karena kamu merasa butuh; butuh sehat, butuh meregangkan tubuh yang seharian duduk terus di depan komputer, butuh bergerak. Jika mindset berolahraga kamu adalah biar semakin sehat, percayalah, bonus tubuh langsing dan berat badan turun itu pun akan kamu dapatkan.

Berubah agar lebih disenangi banyak orang?
sumber: kincir.com
Rara yang telah berubah dengan lebih memerhatikan penampilannya membuatnya lebih dilihat oleh banyak orang. Teman-teman kantor Rara yang tadinya mengejek penampilannya, menjadi lebih akrab dan mau hangout bareng. Akibatnya, Rara jadi menjauh dari Fey, sahabatnya, dan juga pacarnya, Dika. Mereka menganggap, perubahan penampilan Rara juga mengubah kepribadiannya.

"Teman yang baik tidak menghakimi, teman yang baik tidak menyudutkan, teman yang baik, yang menerima kita apa adanya dan membawa kita lebih baik."

Sepenggal kutipan dari Rara tersebut menyadarkan saya bahwa itulah makna teman sejati. Nah, jika kamu merasa teman dekatmu tidak seperti yang Rara deskripsikan, mending langsung tinggalkan saja deh daripada memberikan dampak buruk bagi hidupmu.

Eh, tapi, cantik itu belum tentu bahagia, lho!
sumber: imdb
Kamu pikir perempuan berparas cantik itu pasti bahagia? Apakah setiap artis dan influencer yang cantik itu pasti bahagia? Belum tentu! Sama seperti yang digambarkan dalam hidup Lulu, seorang influencer tapi masih saja mendapatkan komentar negatif dari orang lain. Akibatnya, omongan orang lain jadi pikiran dan kita pun merasa kurang percaya diri.

"Jadi perempuan memang tidak mudah. Banyak ekspektasi yang membebani kita." Kita dituntut untuk menjadi cantik yang memiliki kulit putih dan badan langsing. Jadi, daripada pikiran kita dipenuhi dengan tuntutan yang tidak penting, mending jadi diri sendiri apa adanya. Cantik dari dalam itu lebih penting daripada cantik fisik. Maka, pancarkanlah inner beauty-mu!
sumber: imdb
Sebagai penutup, saya ingin mengajak kamu yang membaca tulisan ini untuk mulai mengubah rasa insecure kamu menjadi rasa bersyukur. Masih banyak hal yang bisa kamu syukuri dalam dirimu. Ingat resolusi 2020: lebih banyak bersyukur, sekecil apa pun itu.

Comments

Popular Posts