Menantang Diri Keluar Zona Nyaman Melalui ICCOMAC 2017

Pernahkah kamu menantang diri dengan mencoba hal-hal baru yang benar-benar di luar zona nyamanmu? Baru-baru ini, tepatnya pada Jumat yang lalu (4/11), saya melakukan hal tersebut. Saya mencoba menantang diri saya dengan melakukan hal yang berada di luar zona nyaman saya. 

Hal yang paling saya takuti itu adalah harus berbicara di depan umum menggunakan bahasa yang tidak saya kuasai. Kalau berbicara di depan umum dengan Bahasa Indonesia sih, saya berani-berani aja. Tapi kalau mesti presentasi, berpidato, atau berbicara di depan umum menggunakan bahasa lain, itu yang paling saya takuti. Ditambah, saya sadar bahwa kemampuan berbahasa asing saya---Bahasa Inggris---itu pas-pasan. Mungkin kalo kamu pernah baca tulisan saya yang sebelum-sebelumnya, saya memang rajin menjadi pendaming mahasiswa asing dari Australia yang sedang belajar dan internship di Jakarta. Atau tulisan saya belum lama ini mengenai kedatangan teman saya dari Spanyol dan harus mendampingi mereka berkeliling Jakarta. Mungkin saya memang bisa berbicara Bahasa Inggris---dan sedikit berbahasa Spanyol---tapi itu tidak menjamin saya fasih saat berbicara dengan mereka. Kadang saya salah menlafalkan kata atau kekurangan perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris, sehingga yang terjadi adalah saya akan menggunakan bahasa Tarzan, alias bahasa tubuh. Hahaha! Tak jarang, beberapa mahasiswa dari Australia yang sedang saya dampingi itu menertawakan saya, bukan karena kebodohan saya sih, tapi katanya saya terlihat berusaha keras agar mereka mengerti apa yang saya maksud.

Saya dan Ruth sebagai presenter dalam the 4th ICCOMAC 2017

Nah, tanggal 4 November kemarin, menjadi hari di mana saya benar-benar (dapat dikatakan) gila. Saya menerima tawaran sekaligus tantangan dari dosen pembimbing skripsi saya untuk mempresenatasikan hasil penelitian skripsi saya dalam konferensi internasional tahunan yang diadakan oleh program studi ilmu komunikasi Unika Atma Jaya, The 4th ICCOMAC (International Conference on Corporate and Marketing Communication) 2017.

Kira-kira begini kronologisnya hingga pada akhirnya saya mengikuti konferensi tersebut:
Wacana saya dan teman saya, Ruth, untuk mengikuti konferensi ini sudah digaungkan oleh dosen pembimbing kami sejak masih menyusun skripsi kami. Jadi saat kami masih bimbingan, dosen pembimbing kami udah bilang, "Nanti kalian berdua ikut ICCOMAC ya." Awalnya sih kami hanya tertawa saja, karena menganggap itu hanya bercanda. Ternyata, dosen pembimbing kami itu memang sungguh-sungguh dengan perkatannya. Namun, hingga pada minggu-minggu terakhir Oktober, tidak ada pemberintahuan dari dosen pembimbing kami soal jadi atau nggaknya kami ikut ICCOMAC. Dan...tepat pada tanggal 27 Oktober, ada chat dari dosen pembimbing saya ini katanya, "Vero bsk jumat 3 nov presentasi iccomac ya." Seketika saya hening dan cuma bisa ketawa. Lah beneran jadi? batin saya. Begitulah kira-kira. Saya dan Ruth hanya mempersiapkan presentasi untuk konferensi internasional hanya dalam waktu kurang dari seminggu!

Saat presentasi. Well, maybe this photo looks like a pro because the photographer is soo professional 😁

Ibarat sudah diceburkan ke kolam, seperti itu lah nasib kami berdua, mau-gak mau ya harus menunaikan kepercayaan itu. Karena saya tahu kelemahan saya, maka dari rumah saya sudah membuat script mengenai apa saja yang harus saya ucapkan. Lalu pada hari H, saya baru tahu bahwa ruangan tempat saya presentasi itu di Ruang Auditorium Yustinus lantai 15 Unika Atma Jaya, which is itu adalah sebuah ruangan yang gede, yang biasanya dipakai buat acara-acara besar dan ruangan tersebut memang ruang utama berlangsungnya ICCOMAC ini. Tak henti-hentinya kejutan pada hari itu, saya baru tahu bahwa saat presentasi, saya harus berdiri di atas podium di panggung utama dan kemudian harus menduduki "kursi panas" di sebelah moderator saat sesi tanya jawab. Saat menaiki podium untuk presentasi, saya sedikit gugup. Namun, lama-lama rasa itu hilang, begitu juga dengan suara saya yang makin lama makin habis 😆 Oh ya, saya dapet "jackpot" loh saat sesi tanya jawab. Saya mendapatkan pertanyaan dari salah satu narasumber ICCOMAC yang berasal dari Filipina dan saya kesulitan untuk memahami pertanyaan dari beliau. Beruntung, moderatornya mengerti kebingungan saya, haha.

Saat duduk di "kursi panas" bersama sang moderator

Apa yang bisa saya bagikan melalui tulisan ini? Saya merasa bahwa menantang diri itu sekali-kali amat diperlukan dalam hidup ini. Tidak selamanya hidup dalam zona nyaman itu akan memberikan makna dan kesan yang baik. Sebaliknya, dengan keluar zona nyaman, kamu akan dapat nilai dan pengalaman yang justru menguatkanmu. Salah satu teman saya mengatakan seperti ini saat saya selesai presentasi, "Ver, lu kece abis sih. Udah berani ikut acara begini aja lu kece abis!" Sepenggal kalimat sederhana tersebut memberikan beribu makna bagi saya, bahwa ternyata di balik kekurangan yang saya punya, masih ada orang-orang yang mengapresiasi hasil kerja saya tersebut.

Saya dan Ruth bersama dosen pembimbing skripsi kami

TERIMA KASIH!!! 💓💓💓

Comments

Popular Posts