#QnA Vaksinasi COVID-19 (Berdasarkan Pengalaman Pribadi)

Kali ini, saya akan membahas pertanyaan yang sering ditanyakan seputar vaksinasi COVID-19 ini. Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan rangkuman dari hasil QnA yang dibuat pada akun Instagram saya saat vaksin pertama, 18 Januari 2021 lalu. Perlu saya ingatkan kembali, semua jawabannya ini berdasarkan pengalaman pribadi, lho! Jadi, kamu perlu membaca artikel atau jurnal ilmiah pendukung lainnya juga untuk jawaban yang lebih meyakinkan. Namun, saya akan tetap melampirkan beberapa sumber yang lebih ilmiah dan dapat dipercaya. Semoga bermanfaat!

1. Gimana rasanya? Sakit gak?

Rasanya, yaaa....seperti disuntik, sih. Kalo kata orang, "kayak digigit semut." Kurang lebih, rasanya seperti itu. Di postingan sebelumnya telah disebutkan bahwa saya takut banget sama yang namanya disuntik karena sudah kepikiran kalau nanti bakal sakit lah, pegal lah, dan sebagainya. Namun, pas sudah duduk untuk menerima vaksinasi, saya gak nyangka kalo proses penyuntikannya cepat. Saking cepatnya, saya sempat ngomong, "udahan, suster?"

Kalo ditanya sakit atau ngga, yaaa...yang namanya ditusuk jarum pasti ada rasa sakitnya lah. Cuma ya itu tadi, hanya seperti digigit semut. Berasa sakit dikiiiit doang. Biar kebayang, saya akan kasih perbandingan rasa sakitnya antara disuntik vaksin difteri (booster), hepatitis (booster), dan COVID-19 itu sendiri. 

Menurut saya, dari ketiga itu yang paling selow rasa sakitnya yaa vaksin COVID-19. Saya ingat betul di tahun 2018, saat difteri sempat mewabah sehingga pemerintah menggalakan untuk melakukan booster vaksinasi difteri, saya pun turut menerima vaksin tersebut. Rasanya tidak sakit saat disuntik, tetapi otot tangan pegal hingga semalaman. Nah, sebaliknya, booster vaksinasi hepatitis tuh sakiiiit banget pas disuntik (duh, masih kebayang rasanya tuh), tetapi gak membuat otot tangan jadi pegal.

2. Ada efek apa setelah divaksin?

Setelah divaksin, saya dan penerima vaksin lainnya diminta untuk menunggu selama 30 menit. Tujuannya adalah untuk melihat reaksi tubuh pada vaksin tersebut. Reaksi tubuh terhadap vaksin itu berbeda-beda setiap orangnya. Kalo saya sendiri hanya merasakan linu di sekitar daerah suntikan. Namun, ada teman saya lainnya yang mengaku tidak merasakan linu atau pegal-pegal di otot tangan.

Ada juga teman saya yang mengatakan kalo dirinya sempat demam sehabis divaksin. Namun, hilang setelah meminum obat penurun demam. Selain itu, ada juga teman saya yang merasa ngantuk berat setelah divaksin.

Menurut dokter yang jaga saat saya divaksin, semua efek yang terjadi tersebut sifatnya wajar. Kalau demam, tinggal minum obat penurun panas saja. Lalu, beliau berpesan kepada saya untuk minum air yang banyak. Mungkin untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.

Intinya, kembali lagi kepada tubuh masing-masing. Reaksi vaksin antara satu orang dengan orang lain akan berbeda-beda. 

3. Apakah kita diberi tahu nama vaksin yang diberikan?

Iya. Jadi, sebelum divaksin, vaksinator (orang yang melakukan vaksinasi) akan menunjukkan vaksin yang akan diberikan: nama vaksinnya, keadaan vaksin yang masih tersegel rapat, serta tanggal kadaluarsanya. Selain itu, vaksinator juga akan menunjukkan bahwa jarum suntik yang akan dipakai juga masih tersegel. Nah, untuk vaksinasi COVID-19 tahap I ini, semua tenaga kesehatan mendapatkan vaksin buatan Sinovac, yaitu CoronaVac.

sumber: Kumparan

4. Berapa kali pemberian vaksinasi COVID-19 ini?

Kalau yang saya baca di media online, vaksin COVID-19 ini akan disuntikkan sebanyak dua kali. Saya sendiri menerima CoronaVac dari Sinovac dengan dosis 0,5 ml dan diberikan dua kali; suntikan keduanya dilakukan 14 hari setelah suntikan pertama.

sumber: Kumparan

5. Kok bisa sih terdaftar sebagai penerima vaksin? Caranya gimana?

Saat menunjukkan bahwa NIK saya sudah terdaftar di pedulilindungi.id sebagai calon penerima vaksin tahap pertama ini, ada seorang teman yang bertanya, "Ver, NIK gue belom terdaftar di pedulilindungi.id. Gimana tuh? Apa ada cara lain buat dapat vaksin?" ; "Cara daftarnya gimana, kak?"

Jadi, sasaran vaksinasi COVID-19 di Indonesia itu terbagi atas empat tahap:

  • Tahap I (Januari - April 2021): Tenaga kesehatan 
  • Tahap II (Januari - April 2021): TNI, lansia, aparat hukum, petugas pelayanan publik
  • Tahap III (April 2021- Maret 2022): Masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi
  • Tahap IV (April 2021 - Maret 2022): Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya

sumber: IDN TIMES

Nah, berhubung saya ini merupakan salah satu staf di rumah sakit, maka saya terdaftar di tahap I. Kalo ditanya caranya seperti apa, saya juga kurang paham. Namun, yang jelas, pada 2 Januari 2021 lalu, saya menerima SMS dari PEDULICOVID yang menyatakan bahwa NIK saya terdata sebagai calon penerima Vaksin COVID-19. Kemudian, saya melakukan registrasi ulang di pedulicovid.id dan mendapatkan jadwal pemberian vaksin dosis pertama pada 18 Januari 2021.

Dari pengalaman saya itu, kemungkinan hal serupa juga akan terjadi kepadamu. Artinya, ketika tiba tahap pemberian vaksin kepada masyarakat umum, kamu juga akan mendapatkan SMS serupa. Ditunggu saja, ya!

6. Bayar berapa untuk vaksinasi COVID-19?

Vaksinasi tahap I untuk tenaga kesehatan ini bersifat gratis atau tidak dipungut biaya sepersen pun. Dan setahu saya, berita yang beredar mengatakan bahwa vaksin akan diberikan secara gratis juga kepada masyarakat umum. Semoga memang benar adanya, ya, sehingga target pemerintah agar semua lapisan masyarakat dapat menerima vaksin COVID-19 ini bisa terealisasi.

Cek beritanya di sini.

sumber: covid19.go.id

7. Vaksin Sinovac kan terbuat dari virus yang dilemahkan. Berbahaya gak sih?

Untuk isu yang ini, awalnya saya juga takut nih. Gimana nggak takut? Di dalam vaksin itu terkandung virus corona yang dilemahkan! Saya udah kepikiran gimana nanti dampaknya ke tubuh saya; apakah nanti saya akan jadi OTG yang bisa membahayakan orang rumah. Apalagi saya tinggal serumah dan sekamar sama mama yang usianya sudah di atas 60 tahun.

Akhirnya, kekhawatiran ini saya tanyakan kepada dokter yang ada di ruang vaksinasi. Kurang lebih, begini isi percakapan kami:

"Dok, apakah setelah vaksin ini saya malah berbahaya bagi orang rumah? Apakah saya bisa jadi OTG yang menularkan virus ini ke orang rumah? Selama ini, saya di rumah selalu pakai masker kain. Bahkan tidur pun pakai masker kain karena sekamar sama mama. Gimana menurut dokter?"

"Vaksin itu merupakan virus yang dilemahkan yang hanya bereaksi pada tubuhmu saja agar terbentuk sebuah antibodi. Kebiasaan kamu yang selalu memakai masker di rumah itu diteruskan saja. Bukan karena vaksinnya, tetapi karena kamu yang masih beraktivitas di luar rumah."

Pernyataan dokter jadi meyakinkan saya bahwa vaksin ini aman untuk saya dan tidak membahayakan orang lain.

sumber: Kumparan

8. Sudah divaksin artinya sudah bebas dari COVID-19 dong?

Eits, pemahaman ini salah dan sayangnya masih sering beredar di masyarakat. Beberapa waktu lalu sempat beredar berita tentang seorang Bupati Sleman yang terkonfirmasi positif COVID-19 padahal beliau sudah sempat divaksin. Berita lengkapnya bisa kamu baca di sini.

Peristiwa tersebut menunjukkan ke kita bahwa setelah divaksin bukanberarti kita menjadi kebal dan tidak akan terinfeksi COVID-19. Sama seperti vaksin-vaksin sebelumnya, vaksin COVID-19 ini diberikan untuk membentuk antibodi yang harapannya dapat membantu kita untuk melawan virusnya, sehingga kalaupun nanti terinfeksi, tidak akan menimbulkan gejala yang parah.

Oleh karena itu, pemerintah juga selalu mengingatkan bahwa setelah vaksinasi bukan berarti kita bisa melakukan aktivitas seperti sebelum COVID-19 ada. Protokol kesehatan 5M tetap harus dilakukan, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumuman. Bersabarlah lagi yaa, sampai semua masyarakat Indonesia menerima vaksin COVID-19 ini dan herd imunity terbentuk.

9. Sebelum divaksin, ada pemeriksaan dulu gak?

Tentu saja. Alur pemberian vaksin yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

  • Menunjukkan e-tiket vaksinasi dan KTP kepada petugas.
  • Petugas kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik berupa tekanan darah dan suhu tubuh.
  • Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait kondisi kesehatan saya. Juga, terkait apakah saya pernah terinfeksi COVID-19, punya alergi terhadap obat-obatan, atau memiliki penyakit penyerta, seperti sakit jantung, diabetes mellitus, autoimun, kanker, dan sebagainya.
  • Setelah dinyatakan bisa lanjut menerima vaksin, maka saya diarahkan ke vaksinator.
  • Kemudian, saya diminta untuk menunggu 30 menit untuk memonitor kemungkinan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).
  • Setelah 30 menit saya tidak menunjukkan gejala KIPI, saya mendapatkan kartu vaksinasi dan dijadwalkan 14 hari kemudian untuk menerima dosis kedua.

Jadi, buat kamu yang punya alergi obat atau tensi sering tinggi, tidak perlu khawatir. Semua keadaan fisik kamu akan diperiksa sebelum divaksin.

sumber: Kemenkes
sumber: Kemenkes

10. Apa yang perlu dipersiapkan sebelum menerima vaksin COVID-19?

Saya pribadi memang melakukan persiapan khusus sebelum jadwal penerimaan vaksin COVID-19. Salah satunya adalah menjaga tubuh tetap fit dengan rutin mengonsumsi vitamin B kompleks, C, D3, dan E. Selain itu, saya juga mulai mengatur pola tidur saya, dengan tidur lebih cepat agar tubuh tetap segar. Saya juga memilih tetap diam di rumah saat weekend (biasanya saya akan pergi belanja ke minimarket untuk membeli kebutuhan mingguan).

Semuanya itu saya lakukan untuk menjaga tetap fit. Gak tau juga sih sebenarnya apakah perlu melakukan persiapan ini atau tidak. Karena saya meyakini bahwa jika tubuh saya fit, maka akan membantu proses pembentukan antibodi.

---

Nah, kurang lebih itu yang sering ditanyakan kepada saya setelah menerima vaksinasi dosis pertama. Sekali lagi, semua jawaban saya ini berdasarkan pengalaman pribadi. Saya menyarankan kamu untuk tetap membaca dari sumber yang dapat dipercaya terkait isu vaksin COVID-19. Berhati-hatilah sama berita bohong dan hoax yang mudah menyebar. Jangan mudah percaya, ya!

Semoga tulisan saya ini juga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai proses vaksinasi COVID-19. Yuk, kita #sukseskanvaksinasi agar bangsa kita dapat segera menangani pandemi COVID-19 ini.

Comments

Popular Posts