#SukseskanVaksinasi: Saya Sudah Divaksin!

Senin, 18 Januari 2021, menjadi hari bersejarah bagi saya. Di tengah situasi pandemi di Indonesia yang semakin memburuk, saya terpilih menjadi salah satu dari ribuan petugas kesehatan yang menerima Vaksin COVID-19 tahap pertama. (Ps: saya bukan petugas kesehatan, tapi karyawan back office di rumah sakit). Kesempatan berharga ini tentu tidak saya sia-siakan. Meskipun takut sama yang namanya disuntik, saya memberanikan diri untuk menerimanya.

----------

2 Januari 2021

Sehari setelah merayakan tahun baru, saya mendapatkan SMS dari PEDULICOVID bahwa nama saya menjadi calon penerima Vaksin COVID-19. Cuma, SMS ini baru saya sadari setelah 9 hari kemudian, hahaha. Saking udah lamanya gak SMS-an. Jadi, gak pernah ngecek inbox SMS.

----------

13 Januari 2021

dok. pribadi

Hari itu, hari di mana Pak Joko Widodo--orang nomor 1 di Indonesia--melakukan Vaksinasi COVID-19 pertamanya. Di saat semua orang mungkin menjadi saksi mata peristiwa penting itu, saya malah lagi sibuk-sibuknya bikin video alur Vaksinasi COVID-19 di rumah sakit tempat saya bekerja. Gagal deh liat ekspresi para penerima Vaksin COVID-19 pertama secara live lewat televisi.

Malam harinya, saya dapat info dari grup kantor kalo harus segera melakukan registrasi ulang di pedulilindungi.id dan memilih jadwal vaksinasinya. Sontak saya langsung menanyakan ke beberapa teman kantor jadwal vaksinasi mereka. Ada yang milih akhir Januari, ada juga yang milih hari Senin tanggal 18 Januari. Setelah menimbang-nimbang dan menghitung jadwal vaksinasi keduanya, akhirnya saya memilih daftar hari Senin, 18 Januari 2021, yang artinya persiapan mental dan fisik saya cuma 5 hari!!!

----------

14 Januari 2021

Sejak hari ini, saya mulai rutin mengonsumsi vitamin lengkap: B kompleks, C, D, E, dan makan makanan bergizi serta istirahat yang cukup. Sebenarnya, kebiasaan ini sudah saya lakukan juga sih selama pandemi. Cuma, dulu sering bolong-bolong minum vitamin lengkapnya. Minum kalo inget doang, hehehe.

Seharian ini juga saya melakukan riset tentang asal-usul Vaksin COVID-19 yang akan saya terima, yaitu CoronaVac dari Sinovac: gimana efeknya ke tubuh, terutama rasa sakit yang ditimbulkan saat suntiknya itu loh. Maklum, takut disuntik dan sempet trauma divaksin lagi sejak booster vaksinasi Hepatitis di tahun 2018. Itu sakitnya banget dan masih membekas :(

----------

17 Januari 2021

Hari ini saya berniat tidur secepat mungkin biar besok fit. Namun, apa daya, efek alam bawah sadar memaksa saya untuk tidak tidur senyenyak biasanya. Bahkan saat subuh-subuh, yang biasanya saya merasa dingin, malah keringetan. Padahal pakai AC yang suhunya sama seperti malam-malam sebelumnya.

----------

18 Januari 2021

Tibalah hari yang dinantikan penyuntikan vaksin. Dari pagi sebelum berangkat ke kantor, saya disiapkan sarapan nasi dan telor dadar oleh mama--biasanya cuma sarapan oatmeal dan susu. Katanya biar tubuhnya kuat dan seharian ini saya harus extra fooding alias makan banyak. Jadwal vaksin saya pukul 10.00. Saat pukul 08.30, saya makan bubur ayam dan minum vitamin C. "Doping" terakhir sebelum divaksin, hehehe.

dok. pribadi

Sekitar pukul 09.50, saya ke ruang Medical Check Up, mengambil nomor antrian, registrasi, dan melakukan pemeriksaan tekanan darah. Setelah itu, saya menunggu sampai nomor antrian saya dipanggil untuk masuk ke ruang vaksinasi. Sebelum divaksin, dokter akan melakukan pendataan berupa nama sesuai KTP, NIK, alamat, dan nomor HP. Kemudian, dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan seputar penyakit yang mungkin sedang dialami (misalnya mempunyai penyakit autoimun, jantung, DM, kanker, dsb), alergi terhadap obat-obat tertentu, atau sedang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk, pilek. Jika beberapa pertanyaan tersebut memiliki jawaban "ya", dokter akan meminta untuk menunda vaksinasi.

Berhubung jawaban saya "tidak" semua, maka dokter menyatakan saya bisa lanjut untuk menerima vaksin. Lalu, saya diarahkan ke perawat yang menjadi vaksinatornya. Sebelum disuntik, perawat menunjukkan bahwa vaksinnya masih disegel, jarum suntiknya juga masih baru, serta tanggal kadaluarsanya. Saking takutnya, saya berpesan ke perawatnya, "pelan-pelan ya, suster. Saya takut disuntik." Perawatnya hanya menjawab, "lemesin aja, mbak," sambil mengoleskan tisu alkohol di lengan kiri atas dan menusukkan jarum suntiknya. Dan, setelah itu...yaa cuma terasa seperti digigit semut merah gitu.

Tetep merem biar gak ngeliatin jarumnya

Kemudian, saya diminta untuk menunggu di ruang tunggu hingga 30 menit, apakah tubuh saya menimbulkan reaksi terhadap vaksin atau tidak. Lima menit pertama saat nunggu, lengan kiri atas mulai terasa ngilu-pegal di sekitar daerah suntikan. Rasanya itu seperti habis melakukan side plank selama semenit tapi dilakukan sebanyak 3x gitu. Namun, beberapa teman saya yang juga disuntik saat itu ada yang tidak merasakan pegal. Jadi, menurut saya, reaksi tubuh masing-masing orang terhadap vaksin ini akan berbeda-beda.

Setelah lewat 30 menit, tubuh saya tidak menunjukkan gejala berlebihan, sehingga saya menerima kartu vaksin dan akan melakukan vaksinasi kedua setelah 14 hari.

----------

Sekian cerita saya tentang pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 ini. Melalui tulisan ini, saya mau mengajak kamu yang telah membacanya untuk membantu pemerintah menyukseskan program Vaksinasi COVID-19. Bagi yang takut disuntik, percayalah, kalo saya yang paling takut disuntik ini bisa melalui vaksinasi pertama, maka saya yakin kamu pun juga bisa. Sakitnya gak seberapa ketimbang booster vaksinasi Hepatitis maupun vaksin Difteri yang membuat otot tangan pegel minta ampun.

source: kutipan-news.id

Dan, satu hal yang perlu diingat baik-baik. Bukan berarti setelah divaksin kamu jadi bebas membuka masker dan pergi nongkrong sama teman-teman. Ingat, program vaksinasi ini berlangsung secara bertahap dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jadi, selama semua orang belum divaksin dan pemerintah serta para ahli belum bilang sudah aman dari COVID-19, maka kita harus tetap menerapkan 3M: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak. Bila perlu hingga 5M, dengan ditambahkan menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas di luar rumah.

Stay safe teman-teman. 5M-nya jangan kendor, ya!

Comments

Popular Posts