1 Oktober, Harinya Oma-Opa di Seluruh Dunia

It's October!

Wah, gak berasa banget ya, udah memasuki awal bulan kesepuluh di tahun 2017 ini. Tanggal pertama di bulan ini menjadi hari penting bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, yaitu hari di mana bangsa Indonesia menetapkan Pancasila sebagai dasar negara yang sah dan tak tergantikan. Tapi tahukah kamu kalo 1 Oktober juga memiliki makna penting lainnya bagi dunia internasional? Tepat di hari ini, masyarakat antarbangsa memperingati Hari Lansia Internasional. Nah, berhubung sudah banyak artikel yang membahas Hari Kesaktian Pancasila, tulisan saya kali ini akan secara khusus membahas tentang dunianya oma-opa nih. Selamat membaca!

----------------------------------------------------------------------------------------------------
Selama kurang lebih sembilan hari kerja di bulan Agustus-September yang lalu, saya menemani Mama saya mengunjungi rumah-rumah milik orang tua dan sakit yang ada di lingkungan Gereja. Kegiatan yang disebut "Kunjungan OST" ini menjadi program rutin tahunan yang diusung oleh Mama saya, selaku ketua, untuk seksi kesehatan di Gereja kami. Program ini sudah mulai dijalankan sejak Oktober 2014 dan saya mulai mendampingi Mama sejak awal tahun 2016. Banyak cerita yang bisa saya bagikan dari Kunjungan OST yang diadakan dua kali dalam setahun ini. Mulai dari cerita bahagia hingga yang memilukan hati.

Cerita yang tidak bisa saya lupakan adalah ketika mengunjungi sepasang oma dan opa yang hanya tinggal bersama asisten rumah tangga di rumah yang super besar. Awalnya, saya berpikir bahwa hidup mereka yang sudah senja di rumah semegah itu pasti diliputi oleh kebahagiaan setiap harinya. Tapi saya salah besar! Sebaliknya, mereka merasa kesepian, hampa, dan tidak sebahagia saat kami kunjungi waktu itu. "Mo, saya mohon doa buat anak saya ya. Biar hati anak saya luluh dan mau kembali nengokin kami. Sudah lama sekali dia tidak mau ngunjungin kami," curhat si oma yang kemudian diiringi isak tangis. Seketika, hati saya pun terasa perih. Saya gak nyangka, di balik senyum dan tawa bahagia mereka saat kami kunjungi, ternyata menyimpan jutaan tangis dalam hati.

Lain halnya dengan sepasang oma dan opa yang tinggal di rumah sederhana, luas tapi tak semegah yang sebelumnya. Anak-anak mereka yang sudah besar juga masih tinggal bersama di rumah itu. Opa ini termasuk yang paling seneng cerita. Tiap kali kami datang mengunjungi, Opa ini selalu sudah siap dengan pakaian rapih dan setumpuk album foto dengan sejuta kenangan yang kemudian diceritakan kepada kami. Tawa keduanya, yang menunjukkan deretan gigi yang sudah tidak lengkap lagi, selalu menghiasi setiap perjumpaan kami dengan mereka. "Kami merasa diwongke-kan oleh Romo," ucap Opa itu sebagai ucapan syukurnya telah dikunjungi oleh kami dan Romo Paroki. 


Dari kedua cerita yang kontras tersebut, ada satu hal yang saya pelajari: hati yang gembira adalah obat. Pesan tersirat dari beberapa Kunjungan OST tersebut saya yakini sebagai hal yang perlu ditanamkan dalam hati kaum lanjut usia. Bukan kegembiraan yang bersifat sementara--dari kunjungan yang hanya berlangsung selama 10 menit--tapi kegembiraan yang terus-menerus. Hal itu tentu saja dapat kamu tunjukkan dengan perhatian dan kasih sayang kepada kakek-nenekmu, misalnya mengajak ngobrol mereka setiap harinya.

Mungkin, ngadepin kakek-nenek yang semakin tua itu emang susah. Mereka akan semakin rewel dan banyak maunya. Tapi, sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasihmu ke kakek-nenek yang mungkin sering anter-jemput kamu pas TK dulu, yuk mulai menggembirakan hati mereka dengan hal-hal kecil seperti sering ngajak ngobrol tiap harinya. Sayangi kakek-nenekmu selagi mereka masih ada. Selamat Hari Lansia Internasional!

Yuk buat kakek-nenekmu tersenyum lagi!

Comments

Popular Posts