Mencari Makna di Balik Sebuah Kritikan Pedas

Pernahkah kamu dikritik oleh seseorang, entah dikritik mengenai hasil pekerjaanmu lah, caramu berbicara lah, atau caramu berpakaian? Bagi sebagian orang, dikritik itu dianggap sebagai sebuah celaan yang menjatuhkan mental dan kepercayaan diri. Tapi, tidak sedikit pula yang menjadikan sebuah kritikan dari orang lain sebagai pembelajaran yang paling tepat untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari. Itu lah yang saya lakukan setiap kali mendapatkan kritik dari orang lain.

Ilustrasi Pak Bos yang suka ngritik (image source: revi.us)

Baru-baru ini, saya dipanggil untuk mengikuti wawancara kerja di sebuah agensi public relations (PR). Saat itu, saya pergi tanpa membawa perlengkapan dokumen-dokumen seperti daftar riwayat hidup, surat lamaran, fotokopi ijazah dan transkrip nilai. Saya pergi hanya bermodalkan satu buah pulpen dan barang-barang utama seperti dompet, HP, payung, kaca mata, serta sebuah agenda. Sebenarnya, sebelum saya pergi, saya berniat membawa dokumen-dokumen tersebut walaupun tidak diminta oleh pihak pewawancara. Tapi saya memutuskan untuk tidak membawanya karena saya pikir bahwa mereka sudah tidak membutuhkan dokumen tersebut karena sudah memilikinya dalam bentuk digital yang sudah saya lampirkan sebelumnya dalam situs lowongan kerja. Ternyata, dugaan saya itu salah besar! Saat saya sedang mengisi form yang berisikan pertanyaan-pertanyaan mendasar soal kegiatan PR dan pengalaman kerja saya, sang pewawancara yang ternyata adalah pemilik dari agensi PR ini bertanya kepada saya dan pelamar lainnya apakah kami membawa daftar riwayat hidup. Tentu saya tidak membawanya. Hal ini menjadi kritikan pertama sekaligus pembuka dari calon atasan saya--karena akan ada beberapa kritikan "pedas"lainnya dari beliau.


Ilustrasi Pak Boss yang sedang mengkritrik penampilanmu (image source: muvila.com)

Kemudian, saya dipanggil masuk ke ruangannya untuk diwawancara. Sebelum memulai wawancara, beliau bertanya sesuatu, sebuah pertanyaan yang mengundang ribuan perasaan gelisah datang menghampiri. "Kalau kamu dikritik, marah gak?" tanyanya begitu. Berhubung saat itu saya adalah orang pertama yang diwawancara dan hari masih pagi, saya masih merasa siap untuk menerima segala kritikan yang bisa jadi akan terasa sakit jika didengar. Jadi, saya katakan tidak akan marah jika kritik itu memang bersifat membangun. Dari situlah, beliau mulai mengkritik penampilan saya. Katanya, rambut saya tidak sesuai umur dan pekerjaan yang akan saya lamar, yaitu sebagai seorang praktisi PR. Begitupun dengan penampilan saya, makeup dan baju yang saya kenakan saat itu katanya masih belum merepresentasikan seorang praktisi PR yang sesungguhnya.

Di luar penyampaian beliau mengenai kekurangan saya tersebut yang sebenarnya terdengar menyakitkan karena pemilihan kata yang salah, saya merasa amat beruntung pernah mengikuti wawancara kerja di tempat ini dan bertemu dengan beliau ini. "Kok malah beruntung sih?" tanya salah satu teman yang pernah saya ceritakan tentang hal ini. Jawabannya sederhana: karena di interview kerja selanjutnya, saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Saya tidak akan lupa lagi untuk menyiapkan dokumen-dokumen seperti daftar riwayat hidup, ijazah, dan transkrip nilai, pun juga saya tidak akan tampil biasa-biasa saja.

Ilustrasi wajahmu yang sudah penat karena kritikan pedas dari Pak Boss (image source: inilah.com)

Mungkin hal ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang, termasuk kamu. Memang sulit sebenarnya menerima kritikan dari orang lain, apalagi kalau penyampaiannya tidak tepat dengan pemilihan kata yang justru terdengar seperti sebuah hinaan. Tapi percayalah, Spanialishta, hidupmu akan jauh lebih baik dan berkualitas jika kamu bersedia menerima kritikan dan masukan dari orang lain. Sepedas apa pun cara penyampaiannya, niat mereka mengkritik kamu itu baik kok, yaitu ingin kamu jadi lebih baik lagi. Karena setiap orang yang mau mengkritik kamu, itu artinya mereka sangat perhatian dan peduli sama kamu.

Semoga pembelajaran dari pengalaman saya ini dapat membuka hatimu untuk mau menerima kritikan dari orang lain, terutama buat para jobseeker. Selamat memperbaiki diri, Spanialishta!

Comments

Popular Posts