Postcard

"Gue mau ke Kanada, Ver."

"Gue mau ke Finland, Ver. "

Dua kalimat itu menjadi jawaban atas pertanyaan saya terhadap dua orang teman. Pertanyaan itu sederhana: "Liburan ke mana?"

Mendengar kedua jawaban itu dari dua teman saya, rasanya hanya satu. Iri. Ya, menyenangkan sekali mereka dapat menjelajahi benua lain, merasakan udara serta hawa yang berbeda dari Indonesia, kebudayaan yang mungkin bertolak belakang dengan budaya asal, hingga penduduk yang berbeda ras dan ciri-ciri fisik. Ah, satu lagi! Merasakan namanya jet lag. Memang, mengalami jet lag itu 'katanya' tidak enak. Namun karna masih ada partikel 'katanya' di kalimat itu, rasanya belum nyata jika tidak dialami sendiri. Saya memang pernah naik pesawat ke luar negeri. Tapi hanya sebatas perjalanan 3 jam dan masih di dalam benua yang sama. Yaa...walaupun pengalaman saya yang satu itu sudah termasuk menyenangkan bagi sebagian orang. Tapi, manusia memang selalu tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka dapatkan. Buktinya saja saya. Masih belum puas dengan alam Indonesia yang (sebenarnya) begitu indah, masih belum puas dengan pengalaman 'terbang' selama 3 jam.

Tidak hanya dua orang teman saya yang sudah disebutkan tadi, masih ada teman-teman lain yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa mereka berada di negeri atau bahkan benua lain. Misalnya, lewat foto yang disebarluaskan di media sosial.

Dulu, cita-cita saya adalah menjadi seorang duta besar. Kenapa? Karena saya ingin keliling dunia dengan pekerjaan saya itu. Mempelajari bahasa dan kebudayaan lain, merasakan gemelitik angin musim gugur dan dinginnya butiran salju, serta mengelilingi tempat bersejarah yang sering saya lihat di atlas. Namun karena satu dan lain hal, saya membatalkan niat untuk menjadi duta besar. Saya beralih mengambil jurusan lain, yang sebenarnya masih disangkutpautkan untuk mengejar mimpi saya keliling dunia. Hahaha.

Kembali ke dua teman saya ini. Selama di negara yang menjadi kediaman sementara mereka, saya selalu mengingatkan keduanya untuk membelikan saya cindera mata. Agak terdengar maksa mungkin, karena saya selalu mengingatkan mereka. Namun, apa yang saya minta hanya barang kecil. Sebuah kertas tebal berbentuk persegi panjang yang dapat diselipkan di sebuah buku lalu disimpan di dalam tas. Yup! Postcard. Hanya sebuah postcard yang saya minta dari keduanya. Aneh karena saya hanya meminta sebuah postcard? Bahkan Mama saya bertanya: kenapa hanya postcard yang kamu minta? Alasannya, karena saya ingin melihat cerita mereka di balik setiap postcard yang saya minta. Tujuannya, agar suatu saat saya dapat merasakan apa yang telah mereka alami. Sebenarnya, ini kebiasaan baru saya: meminta postcard sebagai buah tangan dari negara lain. Saya memulai kebiasaan ini semenjak membaca novel Seri Setiap Tempat Punya Cerita. Ya, di setiap novel seri STPC keluaran GagasMedia, diselipkan semacam postcard yang menampilkan icon dari negara tersebut. Dari situlah, saya juga ingin mengumpulkan kisah-kisah orang lain di setiap negara yang mereka kunjungi.


Inilah postcard yang saya dapat sebagai buah tangan dari teman saya

Mengenai impian saya untuk menjejakkan kaki di benua lain, terutama Spanyol, saya hanya bisa bersabar. Sudah berbagai cara saya lakukan untuk meraih mimpi itu. Namun sampai sekarang belum ada yang berhasil. Nasehat Mama waktu itu hanya: belum saatnya kita ke sana. Ya, mungkin belum saatnya saya dapat merasakan pengalaman kedua teman saya tersebut. Karena saya yakin, saat-Nya akan tiba.

Comments

Popular Posts