Terbanglah, Deliona

sumber: bobo.grid.id

Ini adalah sebuah kisah dari Deliona, benih dari Dandelion yang terbang bebas berkat embusan angin di bulan Juni.


Di bawah pohon yang rindang, sebuah bunga kuning tengah melambai-lambai kegirangan. Kicauan burung di sekitarnya seakan-akan menjadi irama lagu yang membuatnya menari lembut di tengah hari yang cukup sejuk.

"Ah, terima kasih Big Tree! Badanmu yang kekar dan rambutmu yang lebat telah melindungiku selama ini. Rasanya, sebentar lagi aku akan menghasilkan banyak benih!" ujarnya kegirangan.

"Kamu terlihat senang sekali, Dandelion. Padahal, tubuhmu yang kuning cerah ini akan berubah menjadi putih, lho. Sama seperti manusia yang rambutnya lama-kelamaan memutih dimakan usia. Apa kamu tidak ingin mempertahankan kekuninganmu?" tanya Big Tree.

Dandelion hanya menggeleng sambil tersenyum. Dan tidak lama kemudian, seluruh tubuhnya berubah menjadi putih. "Hai, anak-anakku!" sapa Dandelion penuh sukacita.

"Dengar, mungkin kalian tidak dapat berlama-lama tinggal bersamaku. Ketika angin datang, kamu akan terbang mengikuti ke mana dia akan membawamu. Jadi, kalian harus siap ya."

"Tapi, Bu. Sampai kapan kami harus terbang? Dan di manakah kami akan menetap? Lalu, apakah kami dapat tinggal berdekatan?" tanya salah satu anak Dandelion.

"Oh, sayangku, Deliona. Anginlah yang akan menjawab pertanyaanmu. Ibu pun tidak tahu. Hanya, ikutilah ke mana dia membawamu. Ah, dan berjanjilah pada Ibu. Di mana pun kamu sampai, entah kamu berada di sekitar saudara-saudaramu atau hanya sendirian, kamu harus berjuang dan bertahan hidup. Kamu harus tumbuh dan berkembang seperti Ibu. Jadilah bunga Dandelion dengan warna kuning yang cerah. Oke?" Dan setelah Dandelion berkata demikian, angin di bulan Juni datang berembus, menerbangkan anak-anaknya ke segala arah.

*****
sumber: dandelion-europe.eu

Huft, akhirnya perjalanan panjangku berakhir di padang rumput yang luas ini. Tidak begitu banyak yang kulihat di sekitarku. Hanya ada rumput, pegunungan yang samar-samar, matahari yang hampir memuncak, dan...aku. Bagaimana aku dapat bertahan di tengah kekosongan ini? Tanpa ibu. Tanpa saudara-saudaraku."Haah," keluhku lagi.

"Astaga! Sudah berapa kali kamu mengeluh dan menghela napas?" tiba-tiba seekor kepik dengan rompi merah-hitamnya yang khas datang menghampiriku.

"Maaf. Tapi aku sungguh sedih. Kenapa aku harus berpisah dari keluargaku dan kehangatan ibuku?"

"Itulah cara Dandelion mendewasakan anak-anaknya. Dengan melepaskan mereka terbawa oleh embusan angin dan bertahan hidup di mana pun mereka mendarat. Dan kamu mendarat di sini! Bersyukurlah, karena ada juga yang mendarat di tanah berbatu sehingga mereka tidak bisa berkembang baik," ujar si Kepik.

"Tapi, tetap saja. Aku harus memulai semuanya dari nol lagi. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru, tanpa Big Tree, tanpa saudara-saudaraku, dan tanpa Ibuku. Aku rasa, aku akan mati segera karena aku tidak mungkin dapat bertahan hidup lama."

"Hei, hei. Kenapa kamu pesimis sekali? Percayalah, kamu pasti mampu. Kamu dapat mendarat di sini setelah diterbangkan angin selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan saja sudah jadi tanda bahwa kamu kuat. Kamu hanya perlu waktu saja untuk beradaptasi," si Kepik berusaha menyemangati Deliona.

"Iya, memang semua bisa teratasi seiring berjalannya waktu. Tapi, semuanya tidak akan sama. Rasanya akan berbeda jika aku bisa tumbuh dan berkembang di tempatku dulu atau berada di dekat saudara-saudaraku."

"Memang semuanya tidak akan sama, Liona. Karena kamu, akan menjadi bunga dandelion yang berbeda dengan ibumu atau saudara-saudaramu. Percaya dirilah karena semesta akan mendukungmu." Kemudian, si Kepik pergi berlalu meninggalkan Deliona.

Nasihat si Kepik, juga pesan Ibunya, membuat Deliona kembali bersemangat. Ia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan alam yang baru dan tumbuh menjadi bunga dandelion yang memancarkan warna kuning cerah khas dirinya.

sumber: medicalnewstoday.com

*****

Well, kisah Deliona ini sebenarnya note to myself juga. Karena saya seperti Liona, yang harus 'diterbangkan' ke tempat yang baru untuk mendapatkan pengalaman yang baru. Tidak mudah memang. Apalagi, tempat yang lama telah memberikan kenyamanan. Namun, seperti kata si Kepik--yang sebenarnya gambaran lain dari rekan kerja saya--saat menyemangati Deliona, saya pun pasti mampu.

Buat kamu yang juga seperti Deliona dan saya, entah 'diterbangkan' atas kemauan sendiri atau karena desakan dari pimpinan, bersemangatlah. Di mana pun kamu ditempatkan, kamu harus tetap dapat memancarkan sinar khasmu. Ingatlah kisah Deliona ini, yang walaupun singkat, tapi semoga dapat memberikan makna dan semangat untuk kamu.

Comments

Popular Posts