Asian Games 2018: Cerita Seru sebagai Volunteer di Media dan PR (bagian I)

Asian Games Jakarta - Palembang 2018 mungkin sudah berlalu, tapi getarannya memang masih membekas di relung hati dan pikiran ini. Maka, izinkan saya menceritakan pengalaman saya menjadi seorang volunter Asian Games selama kurang lebih minggu. Karena peristiwa dua minggu gak cukup dirangkum dalam satu postingan, maka saya akan membagi cerita ini ke dalam dua atau tiga post. So, keep reading karena akan selalu ada cerita seru di setiap harinya!

Saya mendapatkan tugas sebagai volunter di departemen Media & Public Relations untuk cabang olahraga fencing (anggar) yang berlokasi di Cendrawasih Hall, JCC. Jujur, pas pembagian sektor kerja, dalam hati saya berdoa agar mendapatkan tempat di cabang olahraga yang saya sukai, yaitu badminton. Namun, sepertinya Tuhan ingin agar pengalaman dan wawasan saya lebih terbuka untuk cabang olahraga yang belum tercium ketenarannya di Indonesia. Yap, anggar memang tidak pernah dilirik oleh masyarakat Indonesia. Saya saja pertama kali tahu olahraga ini dari salah satu drama Korea yang pernah saya tonton. Jadi, pas dikabarkan akan bertugas untuk cabang olahraga anggar, saya rada kecewa bercampur antusias juga sih.

Salah satu fencer asal Korea sedang diwawancara di mixed zone

Pertama kali saya memulai aktivitas sebagai seorang volunter itu H-2, tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2018 yang lalu. Saat itu saya belum benar-benar bertugas. Waktu itu saya beserta tim hanya datang dan bertemu dengan field manager untuk mengoordinasikan tugas serta gambaran suasana pada hari H. Satu hari itu berlalu dengan gambaran tugas yang masih mengawang di pikiran saya.

Cabang olahraga fencing mulai dipertandingkan sejak 19-24 Agustus. Selama enam hari saya mulai bertugas dari pukul 9 pagi sampai pukul 9 malam. Lelah memang karena harus bangun pagi dan pulang sudah larut malam. Namun banyaknya "drama" yang terjadi antara tim saya dengan pers menjadi bumbu tersendiri yang semakin membuat semangat untuk menjalani hari-hari di arena fencing.


Di hari pertama, saya dan tim harus menghadapi pers yang protes karena posisi foto mereka yang terbatas. Sebagai gambaran, di fencing itu lapangan tempat bertandingnya disebut piste. Dalam arena fencing itu ada lima piste; merah dan biru (berada dekat bangku penonton), hijau dan kuning (berada dekat mixed zone), serta piste final (berada di tengah-tengah) yang menjadi tempat pertandingan seminfinal dan final. Nah, di hari pertama itu, pers hanya disediakan tempat untuk foto atau merekam video dari pinggir piste hijau dan kuning saja. Selain itu, mereka tidak boleh mengambil gambar, baik foto ataupun video. Akibatnya, ngamuk lah si pers ini, terutama para fotografer. Mereka mengeluh karena lokasi foto jauh dari piste yang ingin mereka liput. Saat itu, saya yang kena ampasnya deh karena saya bertugas di help desk yang berada di dekat mixed zone. Empat fotografer cowok sekaligus ngomel ke saya. Bahkan ketika saya bilang ini sudah kebijakan dari atasan saya, ada salah satu fotografer yang bilang kayak gini, "impossible. You couldn't take photo from there. It's far away. If you do, you can teach me." Baru kali ini saya menghadapi keganasan media. Namun pada akhirnya, karena saya gak punya wewenang apa-apa, jadi ya saya giring aja mereka ke photo manager untuk arena fencing ini. At the end, posisi untuk para fotografer pun diperluas. Ada yang dari tengah-tengah dekat piste merah dan hijau, ada juga yang dekat piste kuning dan biru. Hari pertama pun berakhir dengan fotografer yang kembali jinak.

Piste, tempat para fencer bertanding

Hari kedua tidak seganas hari pertama sih. Everything just going well. Jadi, di hari kedua ini saya ingin menceritakan aja tentang mixed zone. Mungkin beberapa di antara kamu masih asing dengan istilah mixed zone ini. Sama kok, karena pas job spesific training untuk departemen Media & PR, saya masih belum kebayang mixed zone itu kayak gimana. Fyi, mixed zone itu adalah tempat di mana para awak media, baik media cetak maupun TV, dapat bertemu dan mewawancarai atlet. Jadi, setelah si atlet bertanding, mereka akan digiring melewati mixed zone sebelum kembali ke ruangannya. Nah, saya dan tim itu tugasnya adalah mengarahkan si atlet jika ada media dari negaranya ingin mewawancarai mereka. Oh ya, di hari kedua ini ada peristiwa yang membekas di ingatan saya sih. Seusai pertandingan final selesai, ada salah satu media televisi asal Korea yang ingin mewawancarai saya. Sempat kaget sih karena ternyata pertanyaannya bukan seputar olahraga fencing, tetapi tentang pendapat saya mengenai atlet fencing asal Korea yang bertanding di final, hahaha. "What do you think about the appearance of Korean fencer?" kira-kira begitu pertanyaannya. Ternyata, atlet fencing asal Korea itu disebut-sebut terkenal di negaranya karena punya wajah yang tampan.

Ketika diwawancara oleh salah satu media asal Korea

Sama seperti hari kedua, di hari ketiga juga gak se-hectic hari pertama. Di hari ketiga ini, saya mencoba mendalami tentang olahraga fencing. Saya mulai mencari-cari informasi di internet tentang cara penilaian dan kelas-kelas yang dipertandingkan. Namun di hari ketiga ini, saya masih belum menemukan kejelasannya. Hanya sekedar sok tahu kalo ada bapak polisi yang ditugaskan di arena fencing bertanya-tanya tentang olahraga ini. Hal yang spesial di hari ketiga ini, saya mulai menemukan fencer yang menarik hati, baik dari segi wajah maupun keterampilannya saat bertanding. Atlet ini berasal dari Hongkong China. Dari wajahnya sih, saya menerka bahwa atlet ini memiliki keturunan Barat. Namanya saja kebarat-baratan: Choi Nicholas Edward. Saya mencuri-curi kesempatan untuk foto bersama seusai dia menang di babak perempat final. Dan hebatnya, dia tembus ke final walaupun hanya sebagai runner-up dan menyabet medali perak. Lumayan, foto sama atlet peraih medali perak di Asian Games 2018, hehehe.

Bersama Choi Nicholas Edward

Mungkin sekian dulu ceritanya. Saya takut kamu lelah membaca cerita saya selama dua minggu dalam satu postingan. Tetap tunggu ceritaku selanjutnya di Asian Games ya!

Comments

Post a Comment

Popular Posts