Sebuah Ajakan #dirumahaja dari Kami yang Masih Bekerja di Kantor

Image result for work from home
Sumber: idcloudhost
Seminggu ini, seruan #dirumahaja dan #workfromhome marak digaungkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Penyebaran virus Covid-19, virus yang sedang mewabah di Indonesia dan seluruh dunia ini, memang sedang masif-masifnya. Namun, masih banyak orang, yang karena tuntutan pekerjaannya, tidak bisa melakukan imbauan pemerintah untuk #workfromhome itu. Salah satunya, ya aku. #WFH versi aku mah bukan #workfromhome, tapi #workfromhospital dan #workfromheart aja deh, hehehe.

Aku memang bukan dokter, perawat, atau petugas medis dan penunjang medik lainnya. Namun, sebagai seorang social media officer di sebuah rumah sakit swasta, aku tetap harus bekerja di kantor bersama seluruh karyawan lainnya. Meskipun begitu, setiap karyawan terus diingatkan untuk menjaga kebersihan tangan, menggunakan masker saat sedang batuk/pilek, menerapkan etika batuk dan bersin, hingga social distancing di dalam lift dengan cara berdiri membelakangi satu sama lain.

Well, mendengar kabar dari teman-teman terdekat yang udah bisa melakukan work from home, membuat aku sedikit iri. Gimana nggak iri, dengan bekerja di rumah, kita bisa meminimalkan diri sendiri untuk terpapar atau bahkan menghindari diri dari potensi sebagai carrier (pembawa) virus Covid-19 kepada orang-orang di rumah. Bayangkan saja kalo di rumah ada anak kecil, ibu hamil, lansia, atau orang-orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, tentu akan menyusahkan mereka kan?
Sumber: The Jakarta Post
Ada salah satu teman saya yang nyeletuk begini, "tapi work from home gak selamanya memberikan solusi. Mau kerjain tugas, tetep aja kerjaan domestik tepampang nyata di muka." Emang sih, work from home, justru lebih besar tantangannya ketimbang kerja di kantor. Biasa ngerjain tugas di depan meja, giliran bisa kerja di rumah, ngerjainnya di atas tempat tidur. Ngeliat bantal, bawaannya ngantuk mulu. Di kantor, konsentransi pasti lebih tinggi karena fokus dengan kerjaan dan orang-orang yang emang punya satu misi sama dengan pekerjaan kita. Lah, kalau di rumah, ada orang tua yang minta bantuan ngerjain pekerjaan rumah lah, belum lagi yang masih punya anak kecil, pasti lebih repot lagi. Tapi, sekali lagi, setidaknya dengan bekerja di rumah, kamu bisa memutus rantai penyebaran virus Covid-19 yang makin ganas ini.

Kurang lebih kayak begini pakaian yang digunakan temanku (Sumber: dream.co.id)
Sedikit cerita tentang temanku yang sejak Kamis malam kemarin ditelepon oleh HRD rumah sakit tempatku bekerja untuk meminta bantuannya menjadi tenaga medis di unit perawatan khusus penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Jujur, aku salut sama temenku ini. Dengan sigap dan tanpa ragu, dia menjawab siap membantu. Itu artinya, dia pun juga siap dengan risiko dapat terpapar penyakit dari pasien, seperti yang sedang marak diberitakan di media-media: para dokter dan petugas medis lainnya mulai terpapar virus dari pasiennya.

Sama seperti yang biasa kulihat di televisi, temanku ini diwajibkan memakai alat pelindung diri (APD) berupa baju yang disebut temanku 'baju astronot', lengkap dengan sarung tangan, sepatu khusus, dan google-nya. Dia bekerja selama 4-5 jam sehari. Setelah itu barulah dia bisa beristirahat. Selama dia bekerja dengan APD lengkap itu, dia mengaku kegerahan. Ya, sepertinya bajunya begitu tebal sehingga membuat dia gerah. Namun, terlepas dari pengorbanan yang harus dia lakukan, dia sangat senang bisa mendapatkan pengalaman baru dan melakukan tugas kemanusiaan ini.

Sama halnya dengan temanku lainnya yang adalah wartawan salah satu televisi berita di Indonesia. Di tengah-tengah wabah virus Covid-19 dan maraknya ajakan #dirumahaja, dia juga menjadi salah satu orang yang gak bisa bekerja di rumah karena tuntutan pekerjaannya. Malahan, dia harus mendatangi rumah sakit rujukan untuk meliput langsung keadaan di sana dan menyiarkannya ke masyarakat di rumah. Ya, dia pun juga punya risiko yang tinggi untuk terpapar virus ini. Namun, di postingan-nya beberapa hari lalu, dia menyebutkan bahwa selama melakukan peliputan di tengah wabah ini, ada sejumlah SOP yang harus dilakukan, seperti minum vitamin, pakai masker, istirahat cukup, makan makanan bergizi, social distancing, dan penyemprotan disinfektan sepulang dari peliputan. Semua dia jalankan dengan hati gembira, karena di sinilah perannya sebagai penyiar berita: memberitakan informasi yang benar dan memberikan ketenangan pada masyarakat.

Sumber: distractify.com
Dari cerita kedua temanku, sebenarnya aku masih harus bersyukur. Bersyukur pekerjaanku tidak mengharuskan mendekati sumber virus. Bersyukur masih bisa diam di ruangan saja selama jam kerja. Nah, aku pun ingin mengajak kamu semua yang membaca tulisan ini untuk #dirumahaja. Kalau gak perlu-perlu amat dan bisa #workfromhome, mending di rumah aja deh. Bantu kami-kami yang masih kerja di kantor ini agar penyebaran virusnya gak makin parah. Yuk, terapkan social distancing, hindari keramaian, dan #dirumahaja.

Comments

Popular Posts