Selamat Hari Dokter Nasional!

"Susan, Susan, Susan, besok gede mau jadi apa?"

"Aku kepengen pinter, biar jadi dokter." 

Hayo, siapa yang waktu kecil cita-citanya mau jadi dokter kayak si Susan? Mungkin hampir setiap anak-anak akan menjawab seperti Susan ketika ditanya cita-citanya kalau sudah besar nanti. Saya pun juga begitu. Cuma, dulu saya cita-citanya ingin jadi dokter hewan, hehehe. Namun, seiring berjalannya waktu--dan karena waktu itu ditakut-takuti juga sama mama kalau jadi dokter hewan bakal ketemu hewan buas dan liar--mimpi menjadi dokter hewan pun berubah.

Bagi yang mengenal saya dan latar belakang keluarga saya, pasti selalu muncul pertanyaan seperti ini, "Lo kenapa gak jadi dokter juga, sih?" Jawabannya mudah dan sederhana: saya ingin hidup keluarga saya lebih bervariasi dan tidak monoton, sama seperti salah satu perintah Pak Presiden, Joko Widodo untuk Kabinet Indonesia Maju, "Jangan terjebak rutinitas yang monoton".

Hal itu yang membuat saya memilih untuk masuk jurusan Ilmu Komunikasi dan belajar bagaimana caranya public speaking, public relations, hingga memasarkan produk dengan cara soft selling. Namun, pada akhirnya, saya bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Pusat. Sejauh-jauhnya saya melangkah dari dunia medis, di situ juga saya 'jatuh', hahaha.

Sumber: Instagram @rscarolusjakarta

Dan, hari ini, 24 Oktober, merupakan HARI DOKTER NASIONAL. Melalui tulisan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih atas pengabdian dan ketulusan bakti kepada masyarakat. Menjadi dokter itu sebuah panggilan hati yang membutuhkan kesetiaan dan kemantapan hati. Untuk jadi seorang dokter umum saja membutuhkan waktu kurang lebih 6 tahun. Itu masih dokter umum, lho. Kalo mau lanjut spesialis, perlu kuliah 2-4 tahun lagi. Kebayang dong, hampir separuh masa muda dihabiskan untuk belajar demi melayani masyarakat yang membutuhkan. Makannya, kalo bukan panggilan hati, sudah dapat dipastikan jalan menuju dokter itu tidak akan mulus.

Sejauh ini, ada tiga dokter yang menjadi idola saya. Pertama, dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, dokter saat saya masih kecil. Hingga saat ini, beliau masih praktik sebagai dokter anak dan aktivis laktasi di RS St. Carolus, Salemba. Di setiap kesempatan saat menjadi narasumber, beliau selalu menekankan betapa pentingnya ASI, sebagai makanan utama selama enam bulan pertama seorang bayi.

Bersama dr. Utami Roesli saat acara health talk tentang ASI

Kedua, mama saya sendiri, dr. Lucia B. Siregar, M. Kes. Beliau sangat menginspirasi, terutama bagi abang saya yang kemudian memutuskan untuk menjadi dokter juga. Ketulusan mama saat melayani pasien, terutama para lansia, terlihat jelas dalam setiap ucap dan tatapannya.

Mama saat melayani di Posyandu Lansia

Terakhir, almarhum papa saya, alm. dr. Augustinus P. H. Hutagalung. Dulu, saya tidak begitu tau bagaimana papa saat berhadapan dengan pasien, karena saya lebih sering ikut mama saat dinas di Puskesmas ketimbang ikut papa yang dinas di ICU RS St. Carolus. Namun, sekarang saya tau, betapa baiknya papa saya itu. Saat saya bekerja di kantor papa dulu, hampir setiap dokter, perawat, bahkan pekarya yang pernah bekerja dengan papa selalu bilang, "Papamu itu orang baik." Dan saya sangat bersyukur atas itu. Ternyata, papa yang pendiam justru telah menjadi terang di tengah lingkungan kerjanya.

Selamat merayakan hari dokter buat semua dokter-dokter se-Indonesia! Teruslah melayani masyarakat tanpa pandang bulu, terutama mereka yang membutuhkan bantuan. Semoga, semakin banyak Susan-Susan yang sejak kecil--dan konsisten hingga dewasa--ingin menjadi seorang dokter.

Salam sehat!
Gimana-gimana udah cocok jadi dokter belom? Hehe

Comments

Popular Posts